Rabu, 05 Agustus 2015

Doaku


Doaku
by Umu Humairo

Isakan itu semakin nyata, mengalun indah dari bibirku.
Lalu terkatup bersamaan perginya langit biru.

Kala ini langit malam menghiasi, dan aku—semakin menangis saat tahu kau tak di sisiku.

Tuhan, inikah hukuman? Untukku yang perlahan dan selalu—mencampakkan dia yang begitu mencintaiku?
Jika memang, izinkan aku berharap ia kembali ke sisiku.


Untukmu aku berjanji, akan ku jaga ia seumur hidupku. Tanpamu aku tak bisa meminta, tanpa restumu aku tak dapat merengkuh ia yang jauh.

Oh Tuhan, dengarlah aku.
Kala bibir ini kembali terbuka bersamaan dengan kembali terdengarnya isak tangisku.
Hadirkanlah ia di hadapanku, memandangku lembut dengan sejuta cinta yang selalu ia siramkan ke dalam hatiku.

Kini aku butuh ia yang selalu tersenyum cerah di setiap pagi hariku.
Bolehkah? Ku dapatkan itu? Sedetik pun aku mau. Asal kau merestui apa yang aku mau.

Kini ku tersadar—rasa ini bukan hanya sebentar.
Rasa sakit yang menusuk, rasa rindu yang perlahan mengakar di hatiku.

Tuhan, sekali lagi ku mohon padamu.
Saat aku membuka mataku dan isak itu terhenti—hadirkan ia—di sini—di depanku—untuk selamanya.

Dan ketika aku tampakkan kedua bola mata coklatku, dan kau—kabulkan itu.
Dia—ada di depanku—tersenyum, begitu cerah sehingga aku tak sanggup untuk tak menutup mataku—kembali. Dan menangis tersedu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar